05 Maret, 2009

Hi, I Loph U aLL

entah dari mana dan dari siapa kudapat kata-kata ini:
"Perempuan, Bukan dari tulang ubun ia dicipta. sebab, berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja.
tak juga dari tulang kaki, karena nista menginjak dan memperbudaknya.
tetapi dari tulang rusuk kiri...
dekat ke hati untuk dicintai..
dekat ke tangan untuk dilindungi..."
Baguus dehh.... hehe..
well,
perempuan itu kadang ingin yang romantis.., yang imuut.., yang lembut, NO WAR, NO SMOKE, n NO ALCOHOL (No..No...)
Diidentikkan dengan kelemahan (?) Cengeng (?) Penakut (?) Rapuh (?)
mungkin memang seperti itu karakter kami.. tapi, tahukah, siapa yang paling kuat di dunia ini?
bukan pria, bukan kuda, bukan baja, tapi seorang Perempuan.
perempuan yang bernama Ibu.
silahkan sebutkan, siapa yang bisa lebih bertahan daripadanya?
siapa yang bisa mengalahkan ketabahannya?
siapa di dunia ini yang bisa mencintai sepertinya?

untuk semua para Ibu di Dunia...
yang mencintai anaknya tak pernah henti..
mengasihi tanpa meminta balas..
menemani hingga kaki tak mampu berdiri..
menggendong walau tangan tlah kaku..
menina-bobokan dengan alunan syahdu Quran..

Atau para ibu yang tak sempat melakukan itu semua..
karena Ia memilih pergi untuk menyelamatkan anaknya ketika melahirkan.

i Love you All, mom, Bu, Ma, Mi...

Go fight Umi!
keep Istiqomah....

Menghidupkanmu...

myblog, my second hum..
telah lama kutelantarkan... telah lama kutinggalkan.. tidak kuacuhkan...
kini aku kembali. menyapu halamn2 mu dengan kata-kata hatiku.
aku datang, menghiasi dinding-dindingmu dengan bingkai-bingkai cinta.
menerima dengan tangan terbuka, pengunjung2 yang datang menyapamu..

maaf, kau telah mati untuk waktu yang lama..
mengabaikanmu bersama debu hampa..
kini, aku pulang...................

24 Oktober, 2007

BULAN BAHASA

Oleh Ikhlasul Amal, tanggal 3 Oktober 2003 10.12

Oktober sudah jamak diingat oleh banyak orang sebagai Bulan Bahasa. Tidak lain karena bulan ini dikaitkan dengan peristiwa besar Sumpah Pemuda yang salah satu isinya,
“Menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.”
Penyusun Sumpah Pemuda sendiri sedemikian menghargai bahasa — yang mewakili kebudayaan — sehingga tidak langsung dipukul rata sebagai,
“satu tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.”
Khusus untuk bahasa, disebut sebagai menjunjung. Jadi sekalipun kita sudah bertanah air dan berbangsa yang satu, kebudayaan kita di dalamnya, termasuk bahasa, masih menyimpan beragam jenis. Namun demikian bahasa nasional tetap dijunjung karena dengan begitulah orang banyak tersebut dapat berkomunikasi satu dengan yang lain.